Pembacaan Al-Quran merupakan amalan mulia dalam Islam yang membawa pahala besar bagi setiap pembacanya. Namun, terdapat polemik yang menyelimuti konsep pahala membaca Al-Quran untuk orang yang telah meninggal dunia, terlebih dalam pandangan Ibnu Taimiyah, seorang ulama terkemuka dalam sejarah pemikiran Islam. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar, “Apakah pahala tersebut sampai kepada mayit?” Dalam konteks ini, penting untuk menggali lebih dalam mengapa pembacaan Al-Quran dapat menjadi wasilah bagi peningkatan pahala dan status seseorang di akhirat, serta bagaimana pandangan Ibnu Taimiyah terhadap amalan ini.
Ibnu Taimiyah (1263-1328 M) merupakan seorang teolog, filsuf, dan ahli hukum Islam dari dinasti Hanbali. Dalam karya-karyanya, beliau banyak membahas tentang keutamaan membaca dan mentadabburi Al-Quran. Menurut beliau, pembacaan Al-Quran memiliki dampak yang signifikan bagi seseorang, baik semasa hidup maupun setelah meninggal. Sebagai contoh, dalam konteks pahala yang didapat oleh orang yang membaca Al-Quran untuk mayit, Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa Allah Swt. adalah Maha Penyayang dan tidak akan menyia-nyiakan amal baik yang dilakukan oleh seorang hamba, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Salah satu landasan bagi pandangan ini bisa ditelusuri melalui ayat dalam Al-Quran dan hadis yang menggambarkan tentang keutamaan berdoa dan beramal untuk orang yang telah meninggal. Dalam Surah Al-Furqan ayat 70, Allah berfirman, “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih. Maka mereka akan masuk surga dan tidak dizhalimi sedikit pun.” Jika amal baik seperti doa dan bacaan Al-Quran dikategorikan sebagai amal shalih, maka tidak mustahil pahala tersebut sampai kepada mayit.
Sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Apabila seorang anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa dari anak yang shalih.” Dari hadis ini, tampak bahwa doa dan amalan yang bernilai dapat menjangkau orang yang telah meninggal. Dalam konteks bacaan Al-Quran, hal ini menunjukkan bahwa seorang anak atau kerabat yang mendedikasikan bacaan Al-Quran untuk mayit dapat menjadi salah satu bentuk “doa dari anak yang shalih” tersebut.
Penting untuk dicatat bahwa dalam pandangan Ibnu Taimiyah, tidak terdapat pengkhususan pada jenis bacaan atau surah tertentu ketika melakukan amalan baca Al-Quran untuk mayit. Beliau berpendapat, sepanjang bacaan tersebut dihayati dan disertai dengan niat yang suci, maka pahala dari setiap huruf yang dibaca akan mengalir kepada orang yang telah meninggal. Ini merupakan pembuktian betapa luasnya rahmat Allah bagi hamba-Nya. Dalam hal ini, Ibnu Taimiyah justru menekankan pentingnya keikhlasan dalam beramal, karena niat yang tulus adalah kunci diterimanya suatu amal di sisi Allah.
Ketika membahas lebih lanjut tentang pengaruh bacaan Al-Quran bagi mayit, pengertian mengenai pahala dan transmisi pahala menjadi dua istilah yang sangat penting. Pahala dapat diartikan sebagai ganjaran baik yang diterima oleh individu atas amal perbuatannya. Sementara itu, transmisi pahala merujuk pada proses pengalihan pahala dari satu individu ke individu lain. Dalam konteks ini, pembacaan Al-Quran dikhususkan bagi mereka yang telah meninggal dapat dianggap sebagai bentuk transmisi pahala, di mana orang yang membaca berupaya memindahkan manfaat tersebut agar mayit bisa merasakannya di alam barzakh.
Referensi lain yang sering dikemukakan untuk mendukung pandangan ini hadir dari kitab “Majmu’ Fatawa” karya Ibnu Taimiyah, di mana beliau membahas bahwa meski terdapat beberapa ulama yang berbeda pendapat tentang hal ini, prinsip dasar yang harus dipegang adalah bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Kuasa, dan seruan hamba-Nya tidak akan sia-sia. Ini memberikan keyakinan bahwa usaha membaca Al-Quran untuk orang yang telah meninggal adalah suatu hal yang baik dan layak untuk dilakukan.
Sebagai penutup, memahami kesimpulan Ibnu Taimiyah tentang pahala membaca Al-Quran untuk mayit sangatlah penting. Amalan ini, jika dilakukan dengan keikhlasan dan niat yang tulus, tidak hanya bermanfaat bagi mayit, tetapi juga memperkuat keimanan dan ketakwaan bagi yang masih hidup. Tiada ruginya bagi seorang hamba yang menjadikan bacaan Al-Quran sebagai wujud cinta dan perhatian kepada orang-orang terkasih yang telah mendahuluinya. Dengan demikian, kita tidak hanya mengharap pahala untuk diri kita sendiri, tetapi juga berupaya meringankan beban mayit dengan amal baik yang kita lakukan demi mereka.