10 Perbedaan Sunni dan Syiah: Sejarah Keyakinan dan Praktik

By Edward Philips 5 Min Read

Di tengah keragaman umat Islam, dua aliran utama yang paling menonjol adalah Sunni dan Syiah. Kedua aliran ini memiliki sejarah, keyakinan, dan praktik yang berbeda meskipun sama-sama berasal dari sumber yang sama, yaitu ajaran Nabi Muhammad SAW. Menariknya, perbedaan di antara keduanya tidak hanya terbatas pada aspek teologis, melainkan juga mencakup praktik ibadah, interpretasi sejarah, dan pandangan tentang kepemimpinan dalam Islam. Artikel ini akan membahas “10 Perbedaan Sunni dan Syiah: Sejarah Keyakinan dan Praktik”, memberikan wawasan yang lebih dalam terhadap perbedaan dan persamaan yang ada.

  1. Sejarah Awal: Perbedaan antara Sunni dan Syiah bermula dari perselisihan mengenai kepemimpinan setelah wafatnya Nabi Muhammad. Sunni menganggap bahwa Abu Bakar, sahabat dekat Nabi, adalah pemimpin pertama yang sah, sedangkan Syiah berpendapat bahwa Ali, sepupu dan menantu Nabi, seharusnya menjadi pemimpin, mengingat posisi dan kedekatannya dengan Nabi.
  2. Imamat vs Khalifah: Di kalangan Sunni, pemimpin (Khalifah) dipilih melalui konsensus atau pilihan umat, sedangkan Syiah percaya pada Imamat, di mana pemimpin dianggap sebagai keturunan Nabi dan memiliki hak ilahi untuk memimpin umat.
  3. Jumlah Ahlul Bait: Syiah memberikan perhatian khusus pada Ahlul Bait (keluarga Nabi Muhammad) dan menganggap mereka sebagai sumber otoritas spiritual dan moral. Dalam praktiknya, Syiah sering merayakan peringatan kematian anggota Ahlul Bait, sedangkan Sunni cenderung tidak memberi penekanan khusus terhadap perayaan tersebut.
  4. Literatur dan Sumber Hukum: Sunni dan Syiah mengacu pada sumber hukum yang berbeda. Sunni menggunakan Al-Qur’an dan Hadis dari berbagai sumber, termasuk kumpulan hadis Sahih Bukhari dan Muslim. Di sisi lain, Syiah memiliki kitab Hadis khusus, seperti Al-Kafi, dan mengutamakan hadis yang berasal dari Ahlul Bait.
  5. Praktik Ibadah: Meskipun kedua aliran melaksanakan rukun Islam, praktik ibadah mereka berbeda. Contohnya adalah dalam pelaksanaan shalat. Sunni biasanya melaksanakan shalat lima kali sehari, sedangkan Syiah sering kali menggabungkan dua waktu shalat menjadi tiga kali sehari, yang berarti mereka melakukan shalat dengan lebih sedikit jumlah tetapi lebih lama dalam satu kali pelaksanaan.
  6. Hari Raya dan Tradisi: Perayaan hari raya juga berbeda. Sunni merayakan Idul Fitri dan Idul Adha dengan cara yang khas, sedangkan Syiah juga memperingati hari-hari yang berkaitan dengan tragedi Karbala, seperti Asyura, di mana mereka melakukan aksi berkabung untuk mengenang martirnya Imam Husein dan pengikutnya.
  7. Konsep Syafaat: Di dalam keyakinan Sunni, syafaat (perantaraan) dilakukan oleh Nabi Muhammad dan nabi-nabi lain, sedangkan dalam Syiah, mereka percaya bahwa para Imam memiliki kemampuan untuk memberikan syafaat dan dapat berperan sebagai perantara antara Allah dan umat manusia.
  8. Pemahaman tentang Takdir: Dalam hal predestinasi, Sunni cenderung berpegang pada pandangan bahwa Allah menentukan takdir, tetapi manusia memiliki kebebasan untuk memilih tindakan mereka. Di sisi lain, Syiah umumnya lebih menekankan pada kebebasan memilih dan tanggung jawab individu dalam mendekatkan diri kepada Allah.
  9. Politik dan Kekuasaan: Hubungan antara agama dan politik juga menunjukkan perbedaan signifikan. Sunni lebih cenderung menerima kekuasaan yang diperoleh melalui pemilihan umum, sementara Syiah memiliki pandangan yang lebih mendalam tentang hak politik yang terkait dengan keturunan Nabi, yang terkadang mengarah pada konflik dalam pemerintahan di beberapa negara.
  10. Penghormatan terhadap Para Pemimpin Spiritual: Sunni dan Syiah memiliki pendekatan yang berbeda dalam menghormati tokoh-tokoh spiritual. Sunni cenderung tidak menganggap para ulama sebagai tokoh yang memiliki otoritas mutlak. Sebaliknya, Syiah menganggap para Imam sebagai figur otoritatif dan saintifik dalam tradisi keagamaan mereka, di mana mereka memberikan petunjuk dan bimbingan moral bagi pengikutnya.

Perbedaan antara Sunni dan Syiah sebenarnya mencerminkan dinamika yang lebih luas dalam sejarah Islam dan menunjukkan bagaimana interpretasi yang beragam terhadap ajaran Nabi Muhammad dapat menghasilkan dua jalur yang berbeda dalam praktik agama. Meskipun perbedaan ini terkadang menjadi sumber ketegangan, ada juga usaha dari berbagai pihak untuk menemukan titik temu dan saling memahami. Dengan mengenali perbedaan ini, diharapkan dapat meningkatkan rasa saling menghormati dan toleransi antar umat Islam, serta mengurangi potensi konflik di masa depan.

Share This Article
Follow:
Hi nama saya Edwar Philips. Temukan sumber inspirasi dan motivasi terbaru di blog saya. Kiranya blog ini menjadi tempat di mana ia berbagi pemikiran, pengalaman, dan kisah sukses untuk menginspirasi pembaca. Dengan fokus pada topik motivasi dan inspirasi, blog ini diharapkan menjadi komunitas online yang bersemangat untuk meraih kesuksesan dan mencapai impian mereka.
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version